PSBB Di Abaikan Tim Medis Berguguran Rasa Kemanusian Mulai Hilangkah?

Ilustrasi gambar para tim medis sebagai garda terdepan penanganan Covid-19
Photo : pixabay – editing (bd)

Bidikdot.com Satu lagi anggota medis di jemput Sang Kuasa pada Senin 18 Mei 2020 setelah terpapar Covid-19 dengan status Pasien Dalam Pemantauan (PDP). Ari Puspita Sari S.Kep berstatus perawat di Rumah Sakit Royal Surabaya terinfeksi Covid-19 saat sedang melaksanakan tugas menangani pasien yang terpapar wabah virus corona. Ari dilarikan ke RS rujukan CV19 pada pagi hari dan menghembuskan nafasnya kira-kira pukul 14.00 wib.

Ari adalah seorang perawat yang sementara membawa janinnya berusia 4 bulan siapa menyangkah seorang perawat yang dikenal enerjik oleh sahabatnya itu harus merasakan kejamnya wabah corona dan menghentarkannya kepada keabadian jika dihitung Ari merupakan perawat ke 27 yang meninggal akibat terinfeksi Covid-19.

Baca Juga : 4 Orang Korban Akibat Ambruknya Jembatan Ruko Pateten

Ari mengalami infeksi pernafasan cukup serius ia harus dibantu dengan ventilator (alat bantu pernafasan) saat dilakukan perawatan ia juga dibantu dengan respirator untuk memberi keseimbangan sehingga pernafasannya bisa stabil namun nyawa Ari tidak tertolong bersama dengan janin berusia 4 bulan Ari menghembuskan nafas terakhirnya disaat berjuang menyembuhkan pasien Covid-19.

Ari merupakan sala satu dari sederet para medis yang meninggal akibat Covid-19 keluarga pun sangat terpukul dengan kepergian Ari sang Ibu hanya terisak tangis dan tak dapat berbuat apa-apa atas kejadian yang menimpa putrinya itu.

Ucapan belasungkawa pun terus mengalir bagi Ari dan keluarganya oleh seluruh warga Surabaya dan sekitarnya termasuk seluruh Indonesia. tidak ketinggalan juga jajaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur ikut menyampaikan turut berdukacita atas meninggalnya Ari lewat Gubernur Kofifa Indar Parawansa juga Kepala Dinas Provinsi Jawa Timur.

Meningkatnya peristiwa kematian dikalangan medis tidak lepas dari himbauan dan kebijakan Pemerintah diabaikan semua kebijakan pembatasan fisik maupun tempat tidak dihiraukan oleh sebagian orang padahal jauh sebelumnya sudah disampaikan bahwa akan ada kebijakan ini dan itu.

Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) terlihat tak bergeming demi kepentingan segelintir orang yang mengutamakan kepentingannya ketimbang saling menjaga. PSBB seharusnya mengurangi angka pasien untuk masuk kerumah sakit bukan sebaliknya.

Mencuri star mudik merupakan resiko tak terduga saat berada dikampung halaman sendiri apalagi saat mudik keluar dari area zona merah penyebaran covid-19.

PSBB juga diharapkan mengurangi angka penyebaran dari wabah virus corona diseluruh daerah ditanah air namun kini PSBB hanyalah semacam slogan penghias. kasus-kasus baru terus bertambah dibeberapa wilayah Indonesia, ini karena pemaksaan kehendak untuk kembali merayakan lebaran  bersama keluarga tidak dapat ditahan bahkan alasan-alasan lain.

Padahal jika dicermati dibeberapa daerah seperti Jawa Timur, JawaTengah, Jawa Barat, Sumatera Utara tidak mengalami peningkatan saat usulan pemberlakuan PSBB disampaikan namun karena alasan ingin bersama keluarga dikampung halaman akhirnya penyebaran virus corona terus mengalami peningkatan bahkan menurut para pengamat lonjakan kasus akan terjadi saat lebaran jika warga masyarakat Indonesia tidak mengindahkan kebijakan PSBB, Sosial/Physical Distancing

Sama halnya di Sulawesi Utara dua minggu lalu kasus terpapar hanya 70 orang kini kasus semakin bertambah sampai dengan 19/5/2020 sudah ada 116 kasus positif covid-19 di Sulut dan itu terjadi dari klaster penyebaran zona merah ini mengindikasikan kebijakan yang diberlakukan Pemerintah sepertihanya himbauan sejenak dan bukan keharusan untuk diikuti ini namanya salah besar.

Seharusnya bergugurannya para medis menjadi refrensi kemanusian  bagi seluruh masyarakat Indonesia untuk saling menjaga bukan sebaliknya karena kepentingan sesaat semuanya dirugikan. ingat kita memiliki keluarga yang kita cintai setiap hari mendapingi kita demikian juga para perawat mereka juga punya keluarga hanya saja mereka mungkin tak seberuntung kita setiap hari bertatap muka bersama istri/suami anak-anak saudara.

Photo : FB belasungkawa

Dengan melihat fakta seperti ini terus terjadi ditengah para pasukan pejuang kesehatan mestikah rasa kemanusiaan kita hilang hanya untuk memikirkan diri kita ataukah kita juga memiliki tempat dalam perasaan seperti dialami para medis dirumah-sakit rumah-sakit rujukan Covid-19 tempat mereka bekerja ataukah rasa kasih kita peduli kepada sesama hilang.

Marilah kita menjadi juga penjuang penyelamat bagi mereka yang bekerja sebagai tim medis menyembuhkan saudara kita terpapar covid-19. sering terlontar semoga kasus ini menjadi kasus terakhir tim medis gugur dimedan kesehatan untuk mendatangkan kesembuhan bagi para pasien.

Baca Juga : Kasus Covid-19 Di Tanah Air Terus Naik, PSBB Solusi Final

Namun faktanya bertolak belakang dengan apa yang diucapkan angka kasus terpapar di Indonesia terus meningkat seharusnya informasi seperti itu menjadi rujukan kita sebagai orang yang ingin sesama kita selamat. tidak dituntut bagi kita tindakan super hebat  untuk kita lakukan yang dituntut dari kita “disiplin” menjalankan semua kebijakan yang diberlakukan Pemerintah dan ikuti protokol kesehatan disampaikan mulai dari tingkat RT/RW hingga sampai ke Kelurahan dan Kecamatan.

Kami mengucapkan selamat berbuka Puasa
dan menyambut Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah.
Bidikdotcom

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *