Bidikdot.com Perjuangan Tim Medis Indonesia dalam menangani Corona Virus Desease (Covid-19) perlu diberi apresiasi dan penghargaan cukup tinggi atas dedikasi mereka ditengah bangsa dan negara menghadapi pandemi global menyerang tanah air. Para dokter dan perawat merupakan garda terdepan dalam berjuang untuk menyembuhkan pasien dari wabah virus corona mematikan itu.
Mereka mempertaruhkan jiwa raga mereka untuk ibu pertiwi dalam memberi keselamatan bagi masyarakat dari terpapar Covid-19 meskipun itu terkadang linangan air mata, penyesalan dan rasa bersalah mendapingi mereka saat menyaksikan pasien yang mereka tangani meninggal dunia tanpa mereka berfikir bahwa maut juga sementara mengincar hidup mereka.
Baca Juga : Aplikasi PeduliLindungi Berbasis IOS Dan Android Bantu Perangi Covid-19
Berjibaku dengan Alat Pelindung Diri (APD) menurut standar kerja keseharian mereka jalankan tidak sesuai dengan diinginkan mereka sebab APD memiliki tingkat berat cukup lumayan bagi seorang perawat dengan berat badan rata-rata 50 kg namun itu harus mereka kenakan demi keamanan mereka.
belum lagi kelelahan yang memberangus diri mereka mengakibatkan daya pertahanan tubuh menjadi lemah dan tidak fit uttuk melakukan pelayanan sempurnah.
Memiriskan memang diluar tempat kerja mereka masyarakat bisa dengan tenang bercanda riang bersama keluarganya namun mereka didalam ruangan prakteknya di Rumah Sakit dengan gunda-gulana menghadapi permintaan setiap pasien untuk sesegera mungkin ditangani dan dicukupkan.
Malahan ada yang rela meninggalkan anak kecilnya seharusnya ia gendong penuh kasih sayang namun lebih di utamakan adalah panggilan negara.
Presiden Joko Widodo dalam pidatonya lewat telekonfrensi sering menyampaikan rasa bangganya kepada para Dokter dan Perawat yang tersebar diseluruh tanah air dalam memberikan pelayanan prima bagi pasien terpapar Covid-19.” kami memberikan apresiasi dan rasa bangga kami kepada para dokter dan perawat sebagai garda terdepan menghadapi Covid-19″ demikian kutipan Presiden.
Tetapi sangat disayangkan nilai kemanusian mereka berikan tidak setimpal dengan mereka alami diantara mereka yang meninggal jenazahnya “ditolak” oleh warga bahkan keluarganya dikucilkan dari sosial masyarakat mereka bagaikan pahlawan tanpa tanda jasa. seperti seorang perawat yang meninggal di RS dr Kariadi Semarang pada Hari Jumat lalu 10/4/2020.
Berikut nama-nama dokter terkonfirmasi meninggal dunia sehubungan dengan penanganan pasien Covid-19 yang menyasar mereka menurut data dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
1. Prof. DR. dr. Iwan Dwi Prahasto (GB FK UGM)
2. Prof. DR. dr. Bambang Sutrisna (GB FKM UI)
3. dr. Bartholomeus Bayu Satrio (IDI Jakarta Barat)
4. dr. Exsenveny Lalopua, M.Kes (Dinkes Kota Bandung)
5. dr. Hadio Ali K, Sp.S (Perdossi DKI Jakarta, IDI Jaksel)
6. dr. Djoko Judodjoko, Sp.B (IDI Bogor)
7. dr. Adi Mirsa Putra, Sp.THT-KL (IDI Bekasi)
8. dr. Laurentius Panggabean, Sp.KJ (RSJ dr. Soeharto Herdjan, IDI Jaktim)
9. dr. Ucok Martin Sp. P (Dosen FK USU, IDI Medan)
10. dr. Efrizal Syamsudin, MM (RSUD Prabumulih, Sumatera Selatan, IDI Cabang Prabumulih)
11. dr. Ratih Purwarini, MSi (IDI Jakarta Timur)
12. Laksma (Purn) dr. Jeanne PMR Winaktu, SpBS di RSAL Mintohardjo. (IDI Jakpus)
13. Prof. Dr. dr. Nasrin Kodim, MPH (Guru besar Epidemiologi FKM UI)
14. Dr. Bernadetta Tuwsnakotta Sp THT meninggal di RSUP Dr. W. Sudirohusodo (IDI Makassar)
15. DR dr. Lukman Shebubakar SpOT (K) Meninggal di RS Persahabatan (IDI Jaksel)
16. Dr Ketty di RS Medistra (IDI Tangsel)
17. Dr. Heru S. meninggal di RSPP (IDI Jaksel)
18. Dr. Wahyu Hidayat, SpTHT meninggal di RS Pelni (IDI Kab. Bekasi)
19. drg. Umi Susana Widjaja, Sp. PM
20. drg. Yuniarto Budi Santosa, MKM
21. drg. Amutavia, P. Artsianti, Sp.Ort
22. drg. Gunawan Oentaryo, M.Kes
23. drg. Roselani Widjati Odang, Sp. Prost
24. drg. Anna Herlina Ratnasari
Seharusnya mereka mendapat tempat layak dalam sosial ditengah masyarakat bukan sebaliknya dikucilkan. Mereka tidak layak untuk mendapatkan penolakan sebab semua dedikasi hidup mereka persembahkan bagi negara hubungan keluarga yang bahagia di jalani setiap hari mereka korbankan bahkan dari mereka sampai menghembuskan nafas terakhirnya tidak pernah bertemu keluarganya saat mereka bertugas menangani pasien covid-19 ini.
Sangat mengecewakan dan menyayat hati ketika melihat mereka mendapat penolakan warga bahkan jenazah mereka harus terlantar 1-2 jam didalam ambulance. seandainya itu terjadi pada keluarga kita bagaimana perasaan kita saat itu pasti sedih dan bermacam rasa yang lain. untuk itu mari bersama-sama kita perangi covid-19 ini beri ruang sosial bagi saudara-sudara kita bila mereka tertimpah bencana ini sama-sama kita layani sambil tetap mengikuti standar protokol kesehatan yang sudah di tetapkan oleh Pemerintah.
Baca Juga : Bripka Jerry Tumundo Representasi Kasih Tuhan Dalam Dinas Kenegaraan
Satu kata kami bagimu pejuang terdepan melawan covid-19 dokter dan perawat dimana pun kalian berada di tanah air we “proud” with you kami bangga dengan kalian telah relah mempersembahkan jiwa raga kalian untuk mengabdi bagi negara meskipun nyawa kalian adalah taruhannya. Salam sehat selalu tetap dirumah jaga jarak dan tetap berlakukan cara hidup sehat ditengah keluarga kita.