Filosofi Hidup, Kura Kura Dan Ayam Bagi Manusia

 

Gambar ilustrasi editing bidikdot 

Bidikdotcom Kisa hidup manusia kadang di ibaratkan seperti uap dari penanakan wajan usai diangkat uapnya langsung hilang meskipun hal ini sering dilupakan orang. Kita pasti semua akan setuju jika jalan hidup manusia ada yang telah mengaturnya yakni Tuhan Maha Kuasa mulai dari rejeki hingga 

perjodohan bahkan kisah sukses para konglomerat maupun mereka sebagai masyarakat biasa tidak lepas dari permohonan doa mereka kepada sang Agung pemilik hidup agar diberi kelancaran menggapainya.

Polarisasi global mengantar manusia pada konsep atau cara berpikir semakin kritis tidak perduli siapa dia dari latar belakang apa yang penting semua cita-cita baik dari jalan lurus maupun tidak dapat tergapai sesuai yang di rencanakan. Kenapa jalan sempit sekalipun menjadi cara manusia mencari apa yang di idamkannya semua hanya karena “uang”

Uang mengubah cara pandang manusia sebagai mahkluk ciptaan termulia pada kehidupan yang benar-benar semua dilihat dari segi pandang ekonomi mulai dari orang tua dan anak, suami istri, kakak beradik semua di ukur dengan uang.

Model hidup inilah kemudian menjadikan manusia memiliki dua sisi sosial yang bertolak belakang ada yang menanggapi semua proses hidup baik itu dalam suka maupun duka dengan penuh ketenangan tetapi ada manusia menjalani hidup baik menyangkut kesenangannya atau persoalan dengan cara yang suka viral, heboh, 

ingin diperhatikan dan lain sebagainya padahal jika disimpulkan ternyata menjalani hidup itu cukup simpel kan hanya persoalan makan “atau tidak”.

Dalam kesempatan ini saya sedikit mencoret dua filosofi hidup dalam menjalankan perilakunya sebagai manusia dengan berbagai talenta atau pekerjaan dimana menurut seseorang adalah terpenting dalam menjaga jati diri di era digital seperti sekarang ini.

A. Filosofi Hidup Kura Kura


Kura-Kura adalah bangsa hewan berjenis reptil atau di sebut (ordo) Testudinata dalam bahasa ilmianya Chelonians (wikipedia) dalm bahasa Inggris disebut Turtle yang menjalani hidupnya ditempat berair seperti laut maupun bibir pantai yang menjadi pertemuan antara air tawar dan air laut hewan ini biasanya dijumpai pada tempat seperti ini.

Kura-Kura memiliki batok yang keras atau rumah pelindung bagi pemangsa yang akan mengancamnya. Jika di lautan Kura Kura sering menjadi sasaran serangan dari hiu putih tetapi karena memiliki perlindungan cukup aman maka hewan ini sering lolos dari serangan berbahaya.

Nah, apa hubungannya dengan manusia yang memiliki kodrat berbeda dengan hewan satu ini. Kita rasional saja berpikir tentu tidak seperti itu maksud dari catatan ini. Tingka laku manusia cenderung menonjolkan keangkuhan, egois, kesombongan, apatis, tidak pernah memandang manusia lainnya sebagai ciptaan sederajat ada baiknya belajar dari Kura Kura.

Dalam mengayunkan langkah secara perlahan walau banyak sindiran Kura-Kura mewakilkan dirinya sebagai manusia dimana lebih mengutamakan sikap kesopan santunan ketimbang menggeledek orang, merendahkan orang, termasuk membully (perundungan) pokoknya sikap ini mewakili manusia untuk lebih saling menghargai.

Dalam pekerjaan Kura Kura pun memposisikan dirinya sebagai hewan yang tidak ingin diketahui cara berinteraksinya saat ia memiliki telur dengan ribuan butir dan nantinya akan menjadi keturunan selanjutnya bagi kelangsungan hidupnya. ia tidak ingin heboh, terkenal dan euforia lainnya karena akan membahayakan telurnya sehingga ia bersusah payah menyembunyikan calon keturunannya tersebut sedemikian aman dari pemangsa berbahaya termasuk manusia.

Cara pandang hidup dari hewan ini bertolak belakang dengan manusia. Manusia yang katanya mahkluk termulia lebih memilih menyembunyikan seaman-amannya tindakan kejahatan ketimbang kebaikan mulai dari tindakan Aborsi, Korupsi, Penipuan berkedok sosial dan masih banyak lagi sifat jahat manusia yang disembunyikan.

Bila sukses dalam pekerjaan manusia cenderung menobatkan dirinya sebagai yang terbaik, hebat, pinter, kuat seakan-akan seluruh jagat harus mengetahui apa yang sementara dialaminya saat itu bahkan lebih dari itu mempostingnya di media sosisl tanpa memikirkan efek dari yang dihasilkan 

seperti kasus emak-emak muda yang melaksanakan acara syukuran disalah satu hotel di Makasar yang menjadi viral pada pertengan bulan Oktober 2020 lalu di tengah pemerintah berupaya memutus mata rantai covid-19.

Pertanyaannya apakah hal-hal tersebut tidak boleh?

Semua yang di peruntukan tentang hak asasi manusia didunia ini diperbolehkan tanpa batasan hanya saja semua yang ingin di lakukan tetap memperhatikan nilai-nilai toleransi hajat hidup orang banyak sehingga terkesan bukan hanya kita saja yang hidup di bumi ini ternyata masih ada orang lain.

B. Filosofi Hidup Ayam


Sudah sedikit disentil tadi hidup bertolak belakang dari yang di jalani si Kura Kura kita mengetahui ada beberapa model ayam di alam ciptaan Tuhan ini yaitu ayam kampung, ayam potong, ayam kalkun, tapi juga ada “ayam di seterika” wkwkwk canda aja guys.

Dari jenis ayam diatas semuanya memiliki karakter berkokok. Bila kita perhatikan lebih dalam pada ayam kampung saat ia sedang bertelur cara mendapatkan kokok-kannya yang khas saat ia turun dari sangkar bertelur.

Pasti itu sangat ribut sekali bisa bayangkan bila ada sepuluh ayam seperti ini saat pagi hari dan biasanya anda bangun pukul 8 atau 9 pagi itu melebihi dari 5 buah alaram yang anda siapkan.

Cara hidup manusia seperti ayam inilah sangat berbahaya bahkan tidak menunjukan elegan sebagai manusia termulia. 

Apalagi dalam hidup berumah tangga persoalan pribadi seharusnya hanya diketahui diri sendiri dan keluarganya karena sifatnya suka teriak-teriak kalau ada persoalan sehingga satu kampung mengetahui apa yang terjadi dalam hidup keluarga. 

Ibarat berita hangat baru di turunkan dan menjadi buruan untuk dibaca (kepo).

Termasuk saat dalam situasi sukses kerap cara menghebohkan diri seperti yang sudah saya sampaikan tadi menjadi bagian tak terhindarkan. pokok semua orang harus tahu apa yang kita alami hari ini supaya dunia sadar bahwa kita adalah orang-orang hebat. 

Memang tidak ada salahnya kita menyatakan euforia kita dimuka umum hanya saja sifat kerendahan hati tetap menjadi bagian kita, bahkan baru akan memulai usaha pun cara elegan yang di tunjukan 2 hewan tadi dapat pertimbankan.

Ungkapan ini semata-mata tidak menyamakan manusia dengan hewan namun nilai positif terkandung dari sifat 2 mahkluk hidup tersebut setidaknya memberi inspirasi bagi kita ternyata hidup di bumi ini tidak hanya menyangkut diri kita saja tetapi masih ada banyak orang patut dihargai sebagai sesama ciptaan termulia sehingga hidup penuh keseimbangan terjadi dalam lingkungan dimana kita tinggal.


deny/BDC

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *